Judul Karya : Zarathustra
Media : Cukil Kayu Di Atas Kertas
Seniman : Ab Raharja
PLANARISME DALAM SENI GRAFIS CETAK TINGGI
Corak
dalam seni rupa khususnya seni lukis dan gambar tidak akan ada habisnya untuk
dibahas. Mulai dari corak yang telah ada sejak dahulu maupun sebagai ilmu dalam
kesenirupaan, hingga corak dari hasil eksperimen para seniman sebagai ajang
kreativitas yang terus digali tiada habisnya. Tidak hanya corak yang dapat
menjadi eksperimen, media untuk berkarya pun banyak menjadi ajang eksperimen
para seniman, khususnya seniman muda yang berkembang dan memiliki ide-ide
kreatif.
Corak
realis, surealis, romantis, hingga abstrak telah banyak digandrungi seniman
maupun penikmat seni akhir-akhir ini. Corak-corak ini, seringkali terdapat pada
seni lukis maupun gambar saja. Walaupun seni grafis ini tidak sepopuler seni
lukis yang sudah berkembang sejak dahulu, namun dalam seni grafis yang sedang
berkembang, juga memiliki beberapa corak seperti realis, dekoratif, abstrak,
dan lainnya. Dalam seni lukis maupun seni grafis, belum banyak yang mengetahui
corak ini. Ya, planarisme, atau dalam bahasa Inggris planarism.
Planarisme
ini merupakan corak yang hampir sama dengan kubisme. Namun, keduanya memiliki
perbedaan yang signifikan. Planarisme adalah pemanfaatan garis ataupun bidang
datar untuk membuat sebuah ilusi ruang. Umumnya, dalam seni gambar maupun seni
lukis, ilusi keruangannya lebih mengutamakan pengorganisasian ruang nyata
melalui prinsip perspektif. Namun dalam planarisme lebih menonjolkan
pengorganisasian ruang maya, karena meski garis ataupun bidang yang tersusun
seolah menampilkan kesan meruang, ia adalah keruangan yang datar tanpa masa
isi/kedalaman, dapat pula dikatakan tanpa volume sama sekali. Bagaimana
menampilkan ruang yang tidak memiliki isi maupun volume? Ya, ruang-ruang maya
yang terbentuk adalah hasil dari pengacauan
prinsip perspektif, baik dengan menerapkan banyak sudut pandang sekaligus dalam
satu gambar ataupun tanpa perspektif sama sekali. Karya planarisme, memiliki bentuk
objek yang masih dapat dikenali, ia hanya merupakan penyederhanaan objek alam
yang tak lagi berfungsi sebagai tema yang harus dibawakan. Garis dan bidang
menjalin usaha untuk membuka dimensi keempat dalam sebuah gambar, yaitu gerak.
Gerak di dalam planarisme, bukanlah gerak objek dalam suatu ruangan. Melainkan
gerak yang terjadi dari susunan lorong-lorong ruang tanpa ujung, tanpa awal
ataupun tanpa akhir.
Corak
planarisme ini, coba dihadirkan oleh salah satu seniman grafis atau pegrafis
muda yang kini menetap di Yogyakarta. Ab Raharja, dengan nama lengkap Andi Budi
Raharja ini kerap disapa dengan panggilan Berto. Lelaki kelahiran Rembang, 29
tahun yang lalu ini lebih menggeluti dunia seni grafis khususnya seni cetak
tinggi dengan media cukil kayu dari pada bidang senirupa lainnya. Seniman muda
yang pernah mengenyam bangku kuliah di Universitas Negeri Semarang dan Institut
Seni Indonesia di Yogyakarta ini, memiliki banyak pengalaman pameran di
Indonesia maupun di mancanegara. Baru-baru ini, Berto telah mengikuti pameran
di Bienal Internacional
de Miniprint di Laguna Paiva,
Santa Fe, Argentina. Hal ini patut menjadi contoh bagi calon seniman, khususnya
mahasiswa seni rupa untuk terus berkarya sehingga dapat membanggakan melalui
seni rupa.
Berto
menciptakan karya grafis yang bercorak planarisme ini, merupakan hasil
eksperimen dan usaha untuk menghadirkan
planarisme ke dalam seni cetak. Dapat diketahui bersama corak planarisme ini
biasanya terdapat pada seni lukis maupun gambar. Sehingga, hal ini menjadi
pembuktian bahwa seni grafis dapat berkembang beriringan atau sejajar dengan
bidang seni rupa lainnya. Dari beberapa karya Berto yang bercorak planarisme,
salah satu akan menarik untuk dibahas, yaitu Zarathustra. Dalam
karya grafis yang ditampilkan ini, merupakan edisi pertama dari tujuh kali
cetak.
Penggambaran
seorang pemimpin yang dikelilingi oleh rakyatnya, hal ini terlihat jelas dari
bentuk yang dapat dikenali. Permainan garis melalui arsir yang rapi dan tegas
dipadukan dengan pengorganisasian ruang semu yang khas menghasilkan kombinasi
yang menarik antara bentuk objek dan garis. Garis-garis ini dicukil dengan rapi
dan direncanakan dengan matang, sehingga menghasilkan garis yang tegas, pasti,
dan motif yang unik. Tidak hanya garis vertikal dan horizontal saja, tetapi
juga dipadukan dengan garis lengkung maupun lingkaran, sehingga terdapat
variasi bentuk yang tidak monoton. Penggambaran pakaian yang tidak berwujud
draperi, namun dihadirkan dengan garis khas planarisme dari Berto. Dari berbagai
objek yang ada, objek pemimpin di tengah gambar dengan menghadap ke arah depan
menjadi titik fokus dalam karya “Zarathustra”. Warna hitam menjadi warna klasik
yang dipertahankan Berto dalam karya ini. Hitam bukan berarti ketinggalan
zaman, tetapi mempertahankan kekhasan seni grafis itu sendiri. Perpaduan gaya
klasik dengan corak modern menghasilkan karya yang berbeda dengan karya
lainnya.
Mencukil
dan garis dua sisi yang tidak dapat dilepaskan, karena garis menjadi ciri khas
seni grafis khususnya mencukil di atas kayu.garis yang tegas, namun dikemas
dengan ekpresi garis lengkung, menggambarkan sikap pemimpin yang tegas namun
berhati emas. Sikap pemimpin yang tegas dan bertanggungjawab terlihat dari ekspresi
yang digambarkan dalam arsiran yang dicukil. Sebagai pemimpin diharapkan
memberikan ketegasan dan tanggung jawab terhadap rakyat yang berharap kepada
pemimpinnya. Di dalam hutan yang gelap, pemimpin harus mampu meyakinkan
pengikutnya untuk tidak takut dan menyerah dalam mencari kebahagiaan dan
kesejahteraan. Dengan pemimpin yang cerdas dan rakyat yang bekerjasama akan
menghasilkan kemakmuran bagi pemimpin dan rakyatnya. Dalam mengangkat isu-isu, tidak
harus kritik yang menjatuhkan, kritik dan motivasi yang membangun juga dapat
diangkat menjadi isu yang menarik dalam berkarya.
Setiap
karya yang dihasilkan oleh seniman-seniman muda ini,menjadi motivasi dan
semangat berkarya bagi mahasiswa seni rupa khususnya, maupun seniman lainnya. Kelak
seniman-seniman muda ini akan
membanggakan Indonesia sebagai negara dengan pemuda yang kreatif. Saling mengapresiasi
dapat menambah pengalaman seni bagi seseorang. Sehingga seni dapat menjadi
bagian yang melekat dikehidupan manusia.